Jumat, 28 Desember 2012

Pangkalan Truk, Kondom, dan AIDS



http://portalgresik.com/2012/02/20/puluhan-psk-betiring-dites-hivaids/


Pangkalan truk merupakan salah satu tempat penyebaran HIV/AIDS yang paling rawan. Bagaimana tidak, di sekitar pangkalan truk itu, sebagian besar dikelilingi oleh lokalisasi terselubung dalam bentuk warung remang-remang atau panti-panti pijat yang biasa digunakan untuk transaksi seks. Pelaku transaksi adalah para wanita pekerja seks komersial (PSK) yang tinggal di dalam warung remang-remang atau panti-panti pijat itu. Sementara pelanggannya adalah para sopir truk atau warga sekitar pangkalan yang merindukan belaian para PSK yang mangkal di pangkalan truk itu.

Di sepanjang jalan Pantura, pangkalan truk begitu banyak tersebar. Mulai dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa, berjejer begitu banyak pangkalan truk yang hampir semuanya menawarkan “jasa” dalam bentuk transaksi esek-esek. Dalam lingkup kecil, misalnya, di sepanjang kota Pekalongan, Batang, hingga Kendal, terjejer belasan pangkalan truk yang di dalamnya menyediakan transaksi seks. Belum lagi di jalur selatan Pulau Jawa atau di kota-kota lain di Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi.

Pangkalan truk memang sangat mendukung untuk dijadikan sebagai lahan bisnis seksual. Kondisi pangkalan yang pada umumnya setengah tertutup dengan nuansa yang gelap, menjadikan transaksi seksual menjadi lebih “aman” untuk dilakukan. Terlebih lagi, dalam pangkalan truk itu banyak beristirahat para sopir truk yang tengah menempuh perjalanan jauh. Mereka itu banyak yang mampir ke warung remang-remang atau panti pijat sekadar untuk melepas lelah atau memang berniat untuk menyalurkan hasrat kelelakiannya.

Namun begitu, pada dasarnya masyarakat umum dan pemerintah daerah setempat sama sekali tidak menutup mata dengan keberadaan lokalisasi dalam pangkalan truk itu. Semuanya bukan lagi menjadi sebuah rahasia umum lagi. Oleh masyarakat sekitar, pangkalan truk seringkali disebut sebagai “sarang maksiat”, beberapa yang lain bahkan menyebutnya sebagai “sarang penularan AIDS”.

Melihat segala kondisi yang ada, kiranya penyebutan pangkalan truk sebagai sarang penularan AIDS itu bukan merupakan sesuatu yang berlebihan. Transaksi seksual yang dilakukan secara bebas dalam pangkalan truk itu menjadikan penularan AIDS begitu mudah terjadi. Apalagi, kesadaran kaum pria pembeli cinta mengenai bahaya AIDS dan penyakit menular seksual (PMS) lainnya masih relatif rendah. Sebagai contoh, banyak PSK yang mengaku sudah berusaha meminta agar pelanggannya menggunakan kondom sebelum melakukan hubungan seksual, namun ternyata begitu banyak pelanggan yang justru menolak menggunakan kondom itu. Alasannya bermacam-macam, ada yang mengaku bahwa penggunaan kondom itu akan mengurangi kenikmatan dalam berhubungan seksual, ada pula yang beralasan bahwa dirinya sudah membayar, sehingga kontak antarkulit pun sudah selayaknya terjadi.

Berbagai macam sosialisasi penggunaan kondom di sekitar pangkalan truk memang sudah cukup sering digencarkan. Namun begitu, efektivitas sosialisasi itu masih dalam tataran yang sangat rendah. Beberapa PSK bahkan telah mengakui mengenai fakta itu. Banyak pelanggan yang enggan mengenakan kondom, sementara pada sisi yang lain, para PSK itu tidak mempunyai pilihan lain selain menuruti kemauan para pelanggan itu. Para pelanggan mengancam untuk meninggalkan PSK jika para PSK itu memaksa pelanggan untuk mengenakan kondom. Para PSK tidak bisa berbuat banyak. Ia mesti menurut dengan kemauan pelanggan, jika ia ingin “jasanya” digunakan oleh pelanggan itu. Jika tidak, pelanggan akan meninggalkan PSK itu dan memilih PSK lain yang “lebih penurut”.

Pekan Kondom Nasional yang biasa dilakukan oleh DKT Indonesia bersama dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) hendaknya menjadi refleksi tersendiri terhadap progress penanggulangan AIDS di Indonesia, tak terkecuali juga di sekitar pangkalan truk itu. Jangan sampai gegap gempita pelaksanaan Pekan Kondom Nasional itu menjadi sebuah acara seremonial semata yang meninggalkan tujuan luhurnya dalam upaya mengampanyekan penggunaan kondom guna mencegah penularan HIV/AIDS di Indonesia yang semakin marak saja.

Sosialisasi dan kampanye pencegahan HIV/AIDS itu hendaknya terus dilakukan di kawasan rawan semacam pangkalan truk itu. Pekan Kondom Nasional mesti dapat menyentuh pangkalan truk itu sebagai sasaran kampanye. Untuk dapat merealisasikan hal itu, DKT Indonesia dan KPAN mesti menjalin kerjasama yang intensif dengan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah setempat hingga tokoh-tokoh masyarakat dan aktivis terkait.

Pada satu sisi, pencanangan wajib kondom pada lokalisasi-lokalisasi tertentu pada dasarnya memang sudah banyak dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Namun begitu, hasilnya sangat tidak jelas, mengingat hubungan seksual merupakan hubungan tertutup. Sanksi terhadap pelanggarnya pun tidak dapat ditegakkan.

Kampanye penggunaan kondom di kawasan pangkalan truk itu tidak boleh hanya menyasar pada PSK semata, melainkan juga para laki-laki pengguna jasa” seks para PSK. Kampanye terhadap PSK pada dasarnya sudah cukup mengena. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya kesadaran dan pengetahuan PSK mengenai bahaya AIDS. Namun demikian, hal itu tidak akan berarti apa-apa jika kaum laki-laki pengguna jasa seksual itu masih menyepelekan bahaya AIDS. Para laki-laki itu lah yang lebih banyak memegang kendali, mereka lah “para pembeli” yang seringkali diibaratkan oleh para PSK sebagai seorang raja.

Dalam jangka pendek, kampanye penggunaan kondom itu dapat dilakukan melalui kunjungan langsung ke kawasan pangkalan truk, sementara guna menjaga kontinuitas kampanye itu, mesti lah juga dipasang spanduk, selebaran, dan poster-poster mengenai AIDS dan bahayanya, serta peran kondom dalam mencegah penularan AIDS itu. Harapannya, adanya media-media informatif itu akan mengena para laki-laki pembeli cinta itu untuk menyadari mengenai bahaya HIV/AIDS sehingga ia kemudian tidak enggan lagi untuk menggunakan kondom. Pada sisi yang lain, mesti lah juga ada ketegasan dan konsensus secara bersama-sama oleh para PSK untuk menolak pelanggan mereka yang enggan menggunakan kondom.

Pada beberapa kasus, terindikasi pula bahwa terdapat beberapa PSK yang sudah terinfeksi HIV/AIDS namun masih beroperasi dan mangkal di beberapa lokalisasi. Mengenai hal ini, Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah mesti bekerja keras untuk melakukan pemeriksaan darah secara rutin terhadap para PSK. Jika memang indikasi itu benar adanya, PSK itu mesti dilarang untuk meneruskan pekerjaannya. Jika masih saja beroperasi, pada dasarnya para PSK itu dapat dijerat dengan peraturan perundang-undangan mengenai pencegahan AIDS yang melarang seorang pengidap AIDS untuk menularkan secara sengaja penyakitnya itu kepada orang lain. Dalam kasus semacam ini, ketegasan Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah menjadi sangat penting.

Di luar itu, seorang PSK pun mesti diberikan pemahaman agar hati-hati dalam memilih pelanggan. Jangan sampai kelak hidupnya hanya tergadaikan oleh beberapa lembar uang saja dengan melayani pelanggan yang enggan menggunakan kondom. Bisa jadi pelanggan itu telah mengidap HIV/AIDS, disadari atau tidak oleh para pelanggan itu, sehingga memungkinkan terjadinya penularan HIV/AIDS kepada PSK.

Kampanye penggunaan kondom dalam lokalisasi itu, pada pangkalan-pangkalan truk khususnya, mesti terus dilakukan secara kontinyu. Upaya ini baru akan menuai hasil dalam menanggulangi AIDS jika mampu menumbuhkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran kepada masyarakat mengenai bahaya AIDS yang pada akhirnya mampu mencegah terjadinya penyebaran AIDS itu

Pekan Kondom Nasional hendaknya tidak menjadi acara seremonial semata. Ia mesti menyentuh sisi kesadaran semua pihak, baik pelaku hubungan seksual yang rawan di pangkalan truk maupun di lokalisasi-lokalisasi lainnya. Upaya penyadaran penggunaan kondom ini bukan berarti mendukung transaksi seksual berbahaya itu. Bagaimanapun, menghindari seks bebas merupakan langkah yang paling aman. Kondom pada dasarnya merupakan sebuah alat kontrasepsi yang kemudian fungsinya diperluas sebagai alat untuk mencegah penularan AIDS dan PMS lainnya. Kondom bukan merupakan sebuah media pendukung dilakukannya perilaku seks bebas.

Demikian. Semoga bermanfaat…

*****
 #Penulis adalah warga Kabupaten Batang, Jawa Tengah yang tinggal tak jauh dari pangkalan truk.